'Kosong', Sebuah Pengalaman Rasa



" Namun, meski hanya sebesar nol koma nol nol nol satu persen, hingga jauh tersamarkan, sesungguhnya masalah (atau hal yang mengganjal) itu ada. Ketidakpastian akan sesuatu hal itu ada. "

Saat itu, di bangku tunggu depan loket pengambilan obat, aku merasa 'sendiri'. Tidak ada yang dikenal. Meski banyak orang berlalu lalang, namun hanya mampir sebentat di depan mata. Banyak orang berbicara, tapi dengan urusannya masing-masing. Jadi, meski dalam keramaian aku hanya merasa hening, atau lebih tepatnya 'kosong'. 
Biasa digelayuti anak-anak, saatnitu tidak, ya, seharusnya mereka sedang aman di rumah. Suami, lebih-lebih nyaman, ada 'staf khusus' untuk keperluannya. Untuk keperluannya, aku  berada. 
Kulihat jam di hape. Hape yang biasanya penuh dengan daya tarik, mungkin karena hape suami atau entah kenapa, tidak antusias. 
Setengah jam lagi menuju maghrib. Dan ada kewajiban yang belum kutunaikan. 
Lain dari hari biasanya, kali ini, aku merasa, antara melakukannya tepat waktu atau memundurkannya bersamaan dengan maghrib adalah sesuatu yang santai. Tidak ada rasa bersalah, tidak ada tergesa-gesa. Barangkali berada di tengah-tengah orang yang tidak dikenal, yang tidak tahu apakah aku sudah menunaikan kewajibanku atau belum, sangat mendukung perasaan itu. 
Satu detik, dua detik, masih hening. Meski demikian, samar ada rasa seperti "ini salah", dalam hati aku terus berkutat dengan, "tetap duduk atau beranjak". Banyak kenapa yang harus kutanyakan padaku sendiri. Memaksa. Harus kupaksa sepertinya, ini salah, dan apa? Belum sepenuhnya terjawab tapi sudah cukup untuk membuatku berdiri, dan menuju loket, " Mbak, saya tinggal sebentar ya, mau ashar dulu."


Cukup ke gedung sebelah saja. Dekat. Sepi. Bagus, sedikit malu. Entah kenapa malu, mungkin karena hampir terlambat. Segera kutunaikan kewajibanku. Perdana berkunjung ke rumah-Nya, sejak pandemi hadir. Baru kulihat tanda silang-silang yang biasanya cuma kudengar dari ilustrasi dan cerita orang. Seketika aku haru. Kenapa? Mungkin, pertama, karena 'lunas'. Kedua, diberi pengalaman baru tentang rasa 'kosong'. 
Simpulannya, secara kasat mata, segala urusan mungkin sudah terencana secara sempurna, logic dan membuat percaya diri. Tanpa perlu mengingat-Nya, semua bisa berjalan. Namun, meski hanya sebesar nol koma nol nol nol satu persen, hingga jauh tersamarkan, sesungguhnya masalah (atau hal yang mengganjal) itu ada. Ketidakpastian akan sesuatu hal itu ada. Dan hanya Dia yang mampu menyelesaikannya, membolak-balik setiap keadaan. 
Dan, setelah kembali ke ruang tunggu. Terlihat suasana ruangan tetap sama, tapi pikiran jauh lebih tenang. Dan lebih terarah. Sudah siap melaksanakan rencana awal. Selesai urusan, sampai di kamar inap, qodarullah, Dia sudah membuat skenario baru, yang jujur saja, semula itu cuma harapan. Harapan yang jika terwujud seharusnya memudahkan segalanya. Namun, sebelumnya sulit. 
Ya, ada yang sudah bisa "buang angin" dan itu artinya bisa kembali bersama ke rumah. Tidak perlu proses lebih panjang lagi. Alhamdulillah. 

(Reminder for July 14 2020, karena si "mata ikan") 

Mengenal Tokoh Dibalik Layar Drama Korea

Source: pixabay.com
Tiga tahun yang lalu saya pernah menulis sebuah artikel tentang drama Korea dan sinetron Indonesia di UC News. Akun saya di outlet berita UC Web, bisnis milik Alibaba tersebut, sudah tidak pernah saya buka. Alasannya sepele, lupa password, gezz!  Hal yang tampak sepele, tetapi akibatnya gak sepele banget.  Fyi, menulis di UC News buat saya adalah kesempatan perdana menulis mendapatkan fee.  Jika diteruskan, seharusnya jalan lebar buat mamak berdaster ini mengumpulkan rupiah.  Sayang, qadarullah, sudah berusaha mencari cara mendapatkan password-nya, tetapi belum berhasil juga. Sekarang InsyaAllah sudah saya ikhlaskan. Sepertinya masih disuruh Allah untuk mengumpulkan ilmu dulu di tempat lain.

Apalagi nengok tulisan saya di platform tersebut, ternyata sudah diakuisisi oleh akun lain. Ya, seperti itu contoh “permainan politik” di dunia digital. Mengingat artikel tersebut adalah tulisan saya, InsyaAllah saya tidak salah kan ya jika membagi ulang disini. Bismillah.

Oke deh, setelah curhat yang panjang di atas, sekarang saya mau back to the topic!

Source: pixabay.com

WHY DRAKOR?

Membicarakan soal drama Korea saya yakin tidak ada ‘matinya’. Apalagi selama pandemi masyarakat diharuskan stop kegiatan di luar rumah.  So, salah satu kegiatan untuk mengisi waktu di rumah pasti menonton. Drama Korea pastilah pilihan banyak orang, khususnya kaum hawa ya. Anda termasuk juga?

Jika Anda tahan berlama-lama menonton drakor, pastinya Anda sudah ‘tersihir’. Etapi, tentu saja ini bukan sihir dalam arti mistis ya, tetapi lebih kepada tertarik mengikuti episodenya terus menerus. Barangkali ada yang menonton lantaran tertarik pada penampilan tokohnya.  Tetapi, saya yakin meskipun wajah tokoh super tampan dan cantik, kalau alur ceritanya tidak asyik pasti cepat ‘pindah haluan’.  Jadi, saya yakin tema dan alur cerita dalam sebuah drama itu penting ya.

Nah, dibalik cerita itulah ada satu sosok yang penting.  Kalau dalam desain rumah yang cantik, sosok tersebut bernama arsitek, maka dalam drama Korea adalah penulis skenario.

PERAN PENULIS SKENARIO DALAM DRAKOR

Penulis skenario adalah seseorang yang menentukan nasib para tokoh di dalam ceritanya. Penulis skenario di Korea memiliki skill yang sangat baik. Mereka akan melakukan pengamatan yang mendalam untuk membuat sebuah drama. Mulai dari menciptakan karakter hingga alur plot yang menarik.

Dilansir dari aurantii.wordpress.com, di Korea Selatan penulis skenario drama bisa lebih terkenal dari aktor atau aktrisPenulis skenario drama yang sukses akan memilih sendiri pemeran dalam dramanya. Skenario yang hebat tidak akan melahirkan drama yang hits dan membuat para pemeran jadi lebih terkenal, tetapi juga bikin penontonnya susah move on.

Source: gempak.com

Seperti drama The World of The Married yang mendapatkan banyak perhatian. Dilansir merdeka.com (retrieved 20/5/2020), sejak penayangan episode pertama, rating drama ini kian melonjak. Hingga episode 16, drama ini mencetak rekor baru sebagai drama dengan rating tertinggi yang pernah dicapai oleh drama di jaringan televisi kabel Korea.

Namun, dibalik kesuksesan drama ini, khususnya di Indonesia, sepertinya penulis skenario dibalik drama ini kurang diperhatikan.  Hingga usai drama ini lebih banyak yang membahas “mengapa ini dan itu, tentang kehidupan dalam drama tersebut’. Bagus sih, memang seperti itu “sihir” drakor, seakan nyata. Tapi, setelah usai seharusnya penonton memahami. Itu hanya satu bagian episode dalam kehidupan seseorang, nasibnya sudah ditentukan. Dan yang menentukan adalah sang penulis skenario, dengan banyak pesan yang ingin disampaikan dan berharap bermanfaat. Pada tayangan khusus behind the scene, saya dibuat kagum oleh otak dibelakangnya. Sayangnya, tidak ada ulasan khusus tentang tim dibalik layarnya ya,

Fyi, penulis skenario drakor The World of The Married bernama Joo Hyun. Saya berusaha mencari fotonya, tapi belum ketemu, sama sekali! Yang pasti karya lain dari penulis tersebut diantaranya adalah Revolutionary Love (2017) yang dibintangi Siwon dan My Horrible Bos (2016)

Source: hiburan.dreamers.id

Penulis skenario yang terkenal lainnya adalah Kim Eun Sook. Drama-drama karya Kim Eun Sook selalu masuk dalam deretan drama yang booming. Beberapa diantaranya, Secret Garden (2010), Gentleman’s Dignity (2012), Heirs (2013), Descendants of The Sun (2016), dan Goblin: The Lonely and Great God (2016 – 2017). Penulis yang satu ini diberi julukan ‘prince maker’ karena seringkali membuat aktor dalam dramanya menjadi lebih terkenal dan dicintai oleh pemirsa. Trade mark drama buatan Kim Eun Sook adalah romantis yang berlebihan. Kim Eun Sook sangat tahu bagaimana alur cerita romantis yang diidamkan para wanita. Keunggulan tulisan Kim Eun Sook juga terlihat pada dialog-dialog yang keren dan selera humor yang disukai banyak orang.

Source: kholic.id

Kedua, Hong Sisters. Duet maut dua penulis bersaudara ini telah melahirkan sejumlah drama populer. Beberapa drama bukti kesuksesan mereka adalah My Sassy Girl Choon Hyang (2005), My Girl (2005 – 2006), You’re Beautiful (2009), My GirlFriend is Gumiho (2010), Master’s Sun (2013), dan Warm and Cozy (2015). Drama karya mereka lebih sering bergenre komedi romantis. Namun begitu, Hong Sisters pintar dalam membuat karakter-karakter unik dan mudah diingat sehingga drama-drama karya mereka memiliki kesan tersendiri di benak pemirsa dan tidak akan pernah terlupakan.

Penulis-penulis skenario drama Korea tersebut memperlihatkan bahwa masing-masing penulis memiliki keunikan msing-masing. Sehingga karya yang mereka hasilkan pun memiliki kekhasan dan menciptakan karakter serta cerita yang beragam.

Semoga artikel ini bermanfaat dan memberikan inspirasi ya.

Next, saya akan menulis tentang penulis skenario di Indonesia, sebagai pembanding ya.

Salam Bintu Tsaniyah,

Tabik.

 

 

Tips Memasak Steik yang Wajib Diketahui


Sebetulnya saya jarang banget makan steik ya, sampai lupa kapan terakhir kali menyantapnya. Maklum, kami hanyalah kaum menengah di bumi Indonesia yang selalu sangat bahagia kalau dapat hantaran daging saat Hari Raya Idul Adha, hehe...  Hari-hari biasa ya mentok soto ayam atau ayam kecap atau ayam krispi. Eh lah kok ayam terus, xixi...selingan aja dari menu sayur kok. Tapi apapun itu Alhamdulillah dimudahkan untuk bersyukur.


Termasuk kali ini, saya bersyukur bisa dapat ilmu baru tentang steik dari seorang chef (ahli memasak) lewat cooking class virtual yang diberikan oleh Cookpad. Meski pesertanya banyak, tetapi karena masuknya lewat pesan pribadi, jadi boleh ya saya anggap ini spesial, he...
Mendengarkan penuturan Chef Andy tentang steik membuat saya serasa mendengarkan penjelasan chef di Master Chef. Jadi terharu. Jika sebelumnya saya menganggap steik sebagai makanan yang disajikan di hot plate dengan siraman saus kental dan tatanan sayur rebus. Ternyata, steik yang sesungguhnya (menurut penuturan narasumber) bukan seperti itu. Steik tidak perlu ribet ini itu. Dengan bahan dan bumbu yang sederhana dan dalam waktu relatif singkat, bisa menghasilkan steik yang gurih dan beraroma. Syaratnya cuma satu, lakukan dengan teknik yang benar.

Steik menurut KBBI adalah daging (sapi, ayam, ikan, babi) yang dipotong lebar selebar telapak tangan, tebal 1,5 cm, dibumbui lada, garam atau bumbu lainnya, lalu digoreng atau dipanggang. Dari pengertian tersebut saja dapat diketahui ya jika steik itu simpel dan tidak neko-neko (hallah).
Langsung saja, berikut beberapa tips yang wajib diketahui saat memasak steik. Selain dari materi cooking class, saya lengkapi dari artikel Chef Andy dari medium.com (retrieved 16/5/2020).

1. Gunakan daging dalam kondisi suhu ruang, bukan frozen.

2. Kunci memasak steik adalah di kondisi "maillard reaction", reaksi kematangan (pencoklatan), yang pas. Hal itu membutuhkan kondisi pan yang panas, tidak kurang dari 140 C, saat steik dimasukkan.

3. Agar "maillard reaction" sempurna kondisi daging harus benar-benar kering. Caranya, lap daging hingga kering menggunakan kitchen towel atau tisu. Jika steik basah, saat bertemu dengan permukaan wajan panas, yang terjadi adalah energi panas digunakan terlebih dahulu untuk merubah wujud air menjadi uap — dan ini terjadi pada suhu 100ºC. Permukaan steik bakalan mentok di suhu tersebut dan sebelum Maillard Reaction terjadi, suhu dalam steak akan duluan naik melebihi 60ºC.

4. Saat terbaik memberikan garam pada steik adalah 45 menit sebelum dimasak. Daging diberi garam lalu disimpan di kulkas. Namun jika tidak sempat, maka sesaat setelah daging masuk ke dalam pan (kurang dari dua menit), berikan garam.


5. Lakukan proses 'resting' setelah daging matang sesuai dengan yang diinginkan (steik tebal 1,5 cm, medium rare 40 detik, medium 50 detik dan medium well 1 menit). Proses ini adalah membiarkan steik tanpa diiris selama 5 menit di atas piring saji. Selama itu sebetulnya steik masih berproses mematangkan diri. Dengan melakukan resting tidak akan banyak mengeluarkan cairan. Selain itu, steik akan terasa lebih juicy dan rasanya lebih terkonsentrasi.

6. Jika menggunakan daging sapi, pilih bagian yang mudah empuk (karena jarang bergerak), sebaiknya  menggunakan sirloin (has luar), tenderloin (has dalam) dan ribeye.

Steik ayam, sekedar contoh yaa


Kurang lebih, inilah tips yang harus diketahui tentang steik yang sesungguhnya, (berdasarkan versi Chef Andy).  Mudah-mudahan bermanfaat. Semangat mencoba dan memasak ya!

Salam Bintu Tsaniyah,
Tabik

Ragam Manfaat Cabai Hijau yang Wajib Diketahui


Di antara semua jenis cabai, menurut saya cabai hijau adalah yang paling unik. Jika fungsi umumnya cabai sebagai penambah pedas masakan. Maka cabai hijau tidak hanya menawarkan rasa pedas, karena sebetulnya tidak pedas-pedas amat jika dibandingkan cabai rawit.

Dalam dunia kesehatan misalnya, ternyata cabai hijau memiliki banyak sekali manfaat. Seperti dilansir dari palapanews.com (retrieved 5/2/2019), beberapa diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Cabai hijau mengandung antioksidan yang dapat melindungi sel-sel tubuh akibat radikal bebas. Serta efektif menurunkan penyakit jantung, Parkinson, Alzheimer dan katarak.
2. Cabai hijau memiliki nutrisi yang baik bagi jantung, yaitu mengandung enam kali vitamin C lebih banyak ketimbang jeruk. Selain itu, cabai hijau juga mengandung vitamin A, B, E, serta sumber kalium dan zat besi.
3. Satu buah cabai hijau mengandung 18 kalori yang dapat membantu menurunkan risiko penyakit jantung bagi Anda yang memiliki berat badan sehat. Dan juga memiliki 3 mg natrium yang aman bagi kesehatan jantung dan penderita hipertensi.
4. Cabai hijau bebas kolesterol dan lemak jenuh sehingga aman untuk dikonsumsi dalam takaran tertentu.
5. Cabai hijau mengandung Capsaicin, senyawa yang memberikan rasa pedas pada cabai hijau, juga membantu mencegah pembekuan darah dan melancarkan pencernaan.

Ternyata luar biasa juga ya, Masya Allah.

Sebagai bahan makanan tentunya semakin banyak lagi manfaat cabai hijau. Cabai hijau juga menjadi salah satu bahan yang mendukung ke-khasan menu masakan Indonesia. Salah satu contohnya sambal hejo dari Padang. Ya, cabai hijau yang diolah dengan resep tertentu bisa dinikmati tanpa tambahan bahan utama lain.

Namun, selain dibuat sambal, ada lagi lho jenis masakan lain yang juga khas Indonesia 'banget' karena memang ada di beberapa daerah. Yaitu, Jangan Lombok Ijo yang artinya sayur cabai hijau. Jika ada bahan tambahan seperti tahu atau dage (oncom) komposisinya tidak mengurangi pamor si cabai hijau dalam masakan.

Seperti jangan lombok yang bisa ditemukan di Indramayu. Meski suami saya mengatakan masakan ini tergolong biasa karena merasa sering menemukan di warteg-warteg, menurut saya malah sebaliknya. Tidak mudah menemukan jangan lombok ini. Namun, sekali menemukan, saya bisa melihat antusias masyarakat menikmatinya, termasuk saya. Warung yang menyajikan jangan lombok dengan rasa yang mantap selalu ramai dikunjungi pembeli. Sebagai kaum pendatang, ini sangat istimewa. Bahkan menurut saya bisa masuk dalam daftar kuliner khas Indramayu yang wajib dicoba.

Jika Anda penasaran seperti apa jangan Lombok itu, jangan khawatir. Saya share ya resepnya. Resep jangan lombok yang saya share ini diperoleh dari tetangga, asli Indramayu. Hanya takaran bumbu sesuai selera saya (catatan asli pas masak hilang, jadi ini komposisinya sedikit kira-kira ya, he...). Waktu itu kata suami, lumayan mantep, Alhamdulillah. Sila dicoba ya...

~Resep Jangan Lombok Ijo~

Bahan-bahan:
300 gram tahu masak, goreng sesaat
12 buah cabai hijau besar (bukan keriting), belah dua
2 lembar daun salam
1 ruas lengkuas, memarkan
1 ruas jahe, memarkan
1 sdm gula merah
1 sdt garam
Secukupnya kaldu bubuk
1 bungkus Kara 200 ml
2 sdm kecap manis
800-1000 ml air
Secukupnya minyak goreng
Bumbu halus:
3 buah kemiri
5 siung bawang merah
4 siung bawang putih
Pelengkap:
Lontong
Bawang goreng

Langkah:
1. Siapkan bahan-bahan yang diperlukan.
2. Tumis bumbu halus hingga harum dan berubah warna, masukkan daun salam, jahe dan lengkuas. Aduk merata.
3. Masukkan air, lanjutkan dengan tahu dan cabai hijau. Aduk merata. Tambahkan gula merah, garam dan kaldu penyedap.
4. Setelah mendidih, masukkan santan dan kecap manis. Aduk merata.
5. Setelah bumbu meresap dan kuah sedikit menyusut, matikan kompor. Jangan lombok siap disajikan dengan taburan bawang merah.

(Source resep: Cookpad - Bintu Tsaniyah)




Resep Simpel Tongkol Balado



Paling senang kalau ibu memasak masakan ini. Meskipun bukan termasuk sajian khusus setiap Lebaran, tetapi setiap mudik masakan ini sering dibuat ibu. Kendala memasak menu ini adalah menemukan bahan tongkol yang pas. 

Jika di kampung halaman bahan tongkol yang digunakan adalah tongkol asin. Sementara di rantau kebanyakan olahan ikan diasap, termasuk tongkol. Jika masakan ini menggunakan tongkol asap, menurut saya "nuansa kampung halamannya" kurang. 

Sekarang, di tanah rantau ini saya sudah menemukan orang yang menjual tongkol asin. Awalnya saya tidak sadar kalau tongkol pindang yang dijual seorang ibu tua itu bisa dipakai untuk masakan ini. Umumnya di rantau, pindang tongkol ini dimasak kuah petis. Waktu itu, iseng saja, ternyata dapat juga cita rasa khas masakan ibu saya. Alhamdulillah. 

Meski kali ini jangka waktu mudik ke kampung halaman terasa panjang, mungkin masih bisa diatasi dengan memasak masakan-masakan khas rumah ibu saya.
Semoga pandemi benar-benar lekas berlalu ya agar bisa kembali mudik secara normal. Aamiin...

~ Resep TONGKOL BALADO ~

Bahan-bahan
3 potong tongkol asin, suwir atau iris sesuai selera
Secukupnya minyak goreng
1 lembar daun salam
2 lembar daun jeruk 
Bumbu halus:
5 siung bawang merah
2 siung bawang putih
3 buah cabai merah
5 / lebih cabai rawit merah
1 buah tomat
1/2 sdt terasi
Secukupnya garam, gula dan kaldu penyedap

Langkah:
1. Goreng tongkol hingga setengah kering, sisihkan.
2. Gunakan minyak bekas goreng tongkol, tumis bumbu halus hingga matang. Masukkan bahan lain.
3. Tambahkan sedikit air, setelah mendidih masukkan tongkol goreng. Aduk merata.
4. Setelah bumbu meresap, kuah menyusut, siap disajikan. Usahakan hingga air betul-betul menyusut ya, tersisa minyaknya saja, agar awet. Masakan ini bertahan hingga 3 hari tanpa dihangatkan. Sengaja makannya dikit-dikit karena 'nglawuhi' bumbunya. Sila dicoba ya ☺️

Cara Mudah Lewati Pandemi

Nia Ramadhani (Source: Instagram Ramadhaniabakrie)

Nia Ramadhani mengatakan, “Sejak kecil saya diajarkan oleh ayah saya untuk tidak selalu ‘melihat keatas’, tetapi ‘melihat apa yang ada dibawah’ kita.  Karena jika selalu melihat yang lebih dari kita, sampai kapanpun tidak akan pernah menemukan kepuasan.  Sementara, jika sebaliknya, yang ada kita akan mudah bersyukur dan bahagia.”

 

Catatan Bintutsaniyah Template by Ipietoon Cute Blog Design