Inilah Alasan Untuk Tidak Perduli (yang 'Terlalu Berisik')

Suatu siang di ruang duduk belakang, aku sedang ‘entah ngapain’ duduk di kursi.  Sementara jarak beberapa kursi ada beliau.  Duduk santai bersandar, kedua kaki diangkat menekuk lututnya hingga seakan sejajar dengan bahunya.  Dengan kacamata, beliau menekuri satu bendel kertas ukuran A5 dengan serius.  Tak berapa lama.

“Kiye tulisan kaya kiye (mengeja beberapa huruf), macane kaya kiye (melafalkan satu kata), bener ora?” tanya beliau.
“Nggih, leres. Badhe ngge napa sih?” tanyaku.
“Lha kan ngesuk arep khotbah raya ya, nah…nah…nek kiye (mengeja kata lagi) bener mbok?” kata beliau.


Aku tahu terkadang beliau memang serius bertanya, tapi terkadang pula belau hanya sekedar membuka obrolan sembari bercanda.


Tapi soal mempelajari bahan saat beliau hendak berbicara didepan umum, entah itu khotbah Jumat, khotbah Hari Raya atau ceramah rutin, itu sudah pasti dilakukan. Meski aktivitas pidato tersebut sudah menjadi rutinitas layaknya ‘makanan pokok’ selama bertahun-tahun.


Itu menjadi pemandanganku sehari-hari juga, beliau dan membaca.  Dan siang itu obrolan kami mengasyikkan.


Namun, memang segala hal yang ada di dunia ini tidak ada yang abadi.  Dan hadirnya perubahan tidak selalu bisa diprediksi kapan dan berupa apa.  Demikian pula yang terjadi keesokan harinya.


Pagi itu aku sudah berangkat ke lokasi khotbah.  Mendapat tempat duduk yang nyaman, duduk takzim sambil bertakbir.  Tak berapa lama, kulihat sosok beliau berjalan.  Biasa dengan koko panjang yang warnanya aku lupa dan memakai sarung. Tampak pula sajadah yang terlipat rapi memanjang tersampir di bahunya.  Aku yakin beliau juga harum, karena minyak wangi sama wajibnya dengan ibadah.


Sekitar tiga meter sebelum beliau sampai di pojokan jalan, yang berjarak 10 meter dari lokasi, tiba-tiba terdengar suara dari dalam ruangan.  Lewat pengeras suara berbunyi penanda bahwa acara akan segera dimulai.  Tapi, beliau belum sampai di lokasi, bagaimana bisa penanda terlebih dahulu?
Bukan hanya aku yang bingung.  Kudengar sekeliling pun mulai berbisik-bisik resah.  Hatiku terkesiap, kulihat beliau memutar langkah.  Beliau berbalik pulang.  


Kujalankan sisa pelaksanaan ibadah raya dengan hati tidak nyaman.  Kuharap Tuhan memaafkanku.  Setelah selesai, dengan langkah cepat langsung berjalan pulang.  Penasaran, bagaimana keadaan beliau.


Rumah tampak hening, kubuka pintu depan.  Tak perlu butuh waktu lama untuk mencari beliau.  Beliau ada di kursi ruang tamu, di kursi favoritnya, posisi pojok.  Lupa pastinya, kurasa beliau membaca buku.  Aku datang.  Beliau hanya mengangkat matanya sejenak tanda menyatakan selamat datang. 


Sekilas kulihat, matanya sedikit merah.  Menangis?  Bisa jadi.  Tanda apa? Entah, tapi bukan sesuatu yang baik.

Hari itu, Hari Raya, tapi seisi rumah tidak terlalu bersuka-cita.  Meski simpati khalayak cukup berdatangan. Meski hidangan segala rupa ala kadarnya juga tersedia.  Kebahagiaan usai kewajiban ‘tidak sarapan’ selama 1 bulan pun seakan tidak membuat perut meronta-ronta terus minta diisi. 


Hari itu, Hari Raya, yang pasti itulah kali terakhir langkahnya untuk berkhotbah.    


Hari ini mungkin ingatan (yang boleh kusebut) luka itu sudah memudar.  Hubungan beliau dengan satu dua orang yang terlibat pun sudah cukup baik (Aamiin).  Tapi, sepertinya bekasnya masih terasa.
Aku yang pelupa masih penasaran dengan ‘kapan’ tepatnya kejadian itu bertanya pada beliau.
“Kapan?”
“Lah…mbuh…kelalen.” jawab beliau.


Sesimpel itu, dan dengan mimik yang biasa saja. Ku tahu, itu cara beliau bertahan dari segala permadalahan. Memendam sendiri dalam sedikit kata-kata.




Siapapun bebas membuat kesimpulan atas hal apapun yang pernah dialami.  Untuk kisah ini simpulan saya adalah jangan pernah melihat seseorang dari kulit luanya.  Itu peribahasa umum ya, tapi seratus persen benar.  Karena senyum di wajah, bisa jadi seringai di hati.  Sebaik-baik fisik dan penampilan, tidak menjamin bahwa orang itu pasti baik hati dan perilakunya.   Namun, kuasa Tuhan, lisan yang pintar berdalih selalu tidak mampu menampung perilakunya yang sebenarnya.

Kejadian hari itu membuat saya paham untuk tidak perlu selalu mengikuti arus, meskipun tampaknya banyak orang berada disana.  Keyakinan yang paling benar hanya milik Sang Maha.  Manusia terbaik hanya Yang Terpilih, Sang Baginda SAW yang Maksum (terpelihara dari dosa dan kesalahan). Maka rasanya kurang pas jika sampai menganggap seseorang suci sepenuhnya.  Pun menganggap yang lain kotor seterusnya. Sehingga tidak pas rasanya berisik atas hal demikian.

Wallahu a'lam bishawab, dan hanya Allah swt yang Maha Mengetahui.


Cara Efektif Agar Anak Semangat Sekolah


“Bu, aku besok gak mau sekolah!”kata si Mas.
“Lho, kenapa, Mas?” ibu bertanya.
“Pokoknya aku gak mau, males!”si Mas menjawab lantas mengerucutkan bibirnya, tanda ngambek.
Usut punya usut, ternyata si Mas merasa belum bisa membaca, sementara teman-temannya banyak yang sudah bisa. Padahal, orangtuanya tidak pernah memaksanya untuk segera bisa membaca lho. 
Ya, itu adalah gambaran yang dialami penulis bersama buah hatinya.  Apakah Ayah dan Ibu juga punya pengalaman serupa?  Mungkin tulisan ini bisa bermanfaat untuk menyingkapinya. 


Latar Belakang
Tidak bisa dipungkiri, sekolah saat ini dan zaman dahulu sudah jauh berbeda.  Perkembangan teknologi dan faktor-faktor lain membuat segala sesuatunya berjalan serba cepat dan tentu saja canggih.  Demikian pula tuntutan anak bersekolah.  Jika saat penulis kecil (generasi 80-an), pertama kali masuk sekolah adalah taman kanak-kanak usia 5 tahun.  Sementara saat ini, sudah ada istilah PAUD atau Pendidikan Anak Usia Dini dengan rata-rata usia muridnya kurang dari 5 tahun.  Meskipun (sebaiknya) kurikulum untuk anak usia dini berbentuk permainan.  Namun, itu sudah bagian dari alasan yang logis mengapa sekolah yang sebenarnya (sekolah dasar) mengharuskan anak-anak untuk segera bisa menguasai calistung (baca tulis hitung).

Jadi, jangan heran jika sekolah bisa jadi momok menakutkan.  Padahal sebaiknya sekolah adalah tempat terbaik, selain di rumah, untuk anak belajar segala hal.  Seperti belajar bersosialisasi, belajar ilmu pengetahuan, belajar ilmu agama dan membentuk kepribadian yang terarah.  Alangkah banyak manfaatnya.  Maka dari itu, sekolah sangat penting untuk anak-anak.

Lantas bagaimana jika anak-anak terlihat enggan untuk berangkat sekolah, seperti pengalaman penulis di atas?

Anak Bahagia, Semangat Sekolah
Penulis yakin ada banyak cara untuk mengatasi anak yang sedang tidak bersemangat sekolah.  Ada banyak teori yang mungkin bisa dipilih mana yang cocok dengan karakter anak Anda.  Namun, satu hal yang pasti, carilah dahulu akar permasalahan yang menyebabkan si anak merasa tidak bahagia di sekolah.  Setelah itu, lihat solusi apa yang kira-kira cocok.

Jika masalahnya tidak terkait dengan kekerasan fisik, maka kemungkinan karena kekhawatiran dan prasangka.  Perasaan yang negatif tersebut membuat anak takut untuk bersekolah.  Mungkin hal tersebut yang lebih menjadi alasan buah hati penulis saat enggan bersekolah.  Apalagi si kecil pun termasuk anak yang moody.

Sehingga solusi yang diambil penulis lebih kepada memperbaiki perasaan si kecil agar senantiasa bahagia. Berikut adalah cara-cara yang telah penulis coba lakukan, simak ya!

1.  Gerakan Rabu Ceria

Anak saya berusia 7 tahun dan 4 tahun, masing-masing laki-laki dan perempuan.  Keduanya masih sama-sama senang membeli mainan baru.  Meski hanya mainan senilai 2000 rupiah, tetapi jika diminta setiap hari, wajar jika saya, sebagai ibunya merasa tidak suka.  Sementara saya belum bisa membuat mereka berhenti total untuk belanja mainan.  

Alih-alih menghentikan kebiasaan tersebut dan mengurangi perdebatan dengan mereka, saya putuskan membuat Gerakan Rabu Ceria.  Apakah itu? Pada hari rabu, anak-anak saya berikan kesempatan membeli mainan.  Dan boleh lebih dari 2000 rupiah, saya katakan 10 ribu rupiah.  Kurang atau lebih pada hari itu saya ikhlas.  Perasaan ikhlas membuat saya bahagia, dan otomatis anak-anak pun baagia.  Mereka mendapat mainan baru, sekaligus tidak dimarahi oleh saya.

Mengapa harus hari rabu?  Suatu masa saya pernah membaca sebuah artikel tentang hari rabu yang menyatakan sebagai hari yang berat untuk seorang pekerja.  Namun, googling artikel lagi yang seperti demikian, ternyata tidak ditemukan lagi.  Justru rabu adalah hari yang menyenangkan.  Tapi apapun itu, jadwal sekolah si Tujuh Tahun di hari rabu memang lebih padat dibanding hari lainnya.  Oleh karena itu, InsyaAllah langkah saya tidak salah.  Cara ini cukup membantu membuat semangat anak-anak bersekolah cukup stabil.

2.  Gerakan “Ikuti Cara Bapak”

Sehari-hari bersama saya (ibunya), tentulah hal yang menyenangkan.  Anak-anak merasa aman dan nyaman.  Tetapi jika dilihat sebagai teman bermain, tentulah saya bukan favorit mereka.  Mengapa?  Karena ibu atau wanita adalah makhluk multi tasking.  Saat bermain, bisa jadi yang ada di pikirannya bermacam-macam, ada soal mencuci, memasak, dan lain sebagainya. Lain dengan ayah atau laki-laki, karakternya sebaliknya.  Para ayah akan fokus saat melakukan sesuatu.  Atas dasar itulah, bersama ayah tentunya (seharusnya) adalah hal yang menyenangkan.

Suatu kali, saat bermain di pantai, tiba-tiba si Empat Tahun menjilat kaos bapaknya.  Otomatis saya kaget dan sedikit menyalahkan.  Tetapi, bapaknya santai dan anak-anak pun biasa saja.  Si Tujuh Tahun menjawab, “Kan kata Bapak begitu, Bu, kalau habis kena air laut jilat kaos Bapak biar hilang asinnya.  Kan kaos Bapak bersih.” Saya cuma bisa geleng-geleng kepala sambil tertawa.  Tetapi kalo dipikir-pikir mengatasi masalah juga cara tersebut.  Ada banyak hal lain yang teratasi dengan cara bapak, meskipun tanpa bapak disamping mereka saat itu.  


Cara anak-anak mengikuti cara bapaknya, dinilai lebih asyik.  Seringkali saya mencoba menyarankan sebuah solusi, ternyata mereka lebih memilih cara Bapak.  Dan mereka melakukannya dengan senang hati.  Jika anak-anak sedang mempunyai masalah di sekolah, maka saya sampaikan ke bapaknya agar diberi pengertian tambahan oleh beliau.  Dan tentunya caranya asyik.  Buat anak-anak, terkadang buat saya tetap membuat geleng-geleng kepala, hehe.

Demikian dua cara yang penulis lakukan untuk menyemangati anak-anak yang sedang kurang bersemangat untuk bersekolah.  Sebetulnya masih banyak cara lain yang dilakukan, seperti mengajak bermain di luar rumah, bermain ke taman, atau sekedar berkunjung ke perpustakaan.  Mungkin bisa disampaikan pada kesempatan yang lain.

Jangan putus asa saat si kecil tidak bersemangat sekolah.  Belum tentu sekolahnya yang kurang baik atau anak kita yang kurang pandai.  Karena pada dasarnya semua anak pandai, sesuai bakatnya masing-masing.  Tuhan tidak pernah memberikan hamba-Nya kekurangan tanpa kelebihan.  Tugas orangtua adalah memotivasi.  Tidak perlu menekan mereka terlalu keras untuk mencapai suatu standar.  Kelak pada masanya, mereka bisa menjadi yang terbaik. Satu hal lagi, waktu bergerak maju, cara ini sudah pasti akan berubah seiring perkembangan usia anak-anak. Para orangtua harus terus mengawal dan mendidik anak-anaknya dengan penuh semangat.

Akhir kata, semoga tulisan ini bermanfaat, selebihnya wallahu a'lam bishawab, dan hanya Allah swt yang Maha Mengetahui.


5 Makanan Khas Indramayu yang Direkomendasikan (Versi Perantau)

Kabupaten Indramayu adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia.  Indramayu dilintasi jalur pantura, yakni jalur utama dan terpadat di Pulau Jawa, terutama pada musim mudik lebaran. Dan saat memasuki kawasan Indramayu, para pengendara kendaraan akan disuguhi oleh pemandangan kios yang menyajikan buah mangga di kanan dan kiri jalan raya.  Karena itulah sehingga pada akhirnya masyarakat menjuluki Indramayu sebagai Kota Mangga.  Dengan komoditas unggulan berupa mangga Gedong atau Gincu yang rasanya manis, harum dan cantik rupanya, yang konon menjadi asal muasal dinamakan gincu atau pemerah bibir perempuan.

Ternyata Lagu Anak Legendaris ini Memiliki Manfaat untuk Disiplinkan Anak Lho!


Mengapa Perlu Disiplin?

Setiap orangtua pasti ingin mempunyai anak-anak yang baik.  Entah dalam sikap, perbuatan maupun kehidupannya, baik di dunia maupun akhiratnya kelak.  Oleh karena itu, sejak seorang anak masih di dalam kandungan hingga terlahir dan tumbuh dewasa, orangtua akan berusaha yang terbaik untuk mengawalnya. 

Serba-serbi Tentang Tempe Semangit

Tempe termasuk dalam bahan makanan yang digemari oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Tak hanya tempe yang masih berkualitas, tempe yang sudah membusuk pun masih bisa diolah menjadi makanan yang lezat.  Mau tahu beberapa fakta seputar tempe busuk ini? Yuk, simak ulasannya di bawah ini.

1. Di wilayah Jawa Tengah tempe ini dikenal dengan istilah tempe semangit.  Nama semangit berasal dari kata 'sangit' atau aroma smoky atau asap yang kuat. Aroma ini muncul pada tempe yang sudah dibiarkan pada suhu ruang selama sehari atau dua hari setelah tempe matang. Yang menarik adalah, bukannya dianggap sebagai aroma yang menjijikkan, banyak orang yang mengaku suka dengan aroma dan rasa dari tempe yang membusuk ini.

2. Pada tempe semangit, warna jamur tempe menjadi kecokelatan hingga butiran kedelai terlihat jelas. Teksturnya menjadi agak basah dengan aroma tajam. Untuk membuatnya caranya mudah. Hanya diamkan tempe di suhu ruangan selama sehari atau 2 hari.

3. Menurut pakar kesehatan, tempe yang membusuk ini masih aman untuk dikonsumsi. Asalkan tempe ini masih belum mengeluarkan lendir atau basah sebagaimana tanda bahwa makanan sudah basi, maka kita masih bisa mengonsumsinya dengan aman.

4. Kandungan gizi dalam setiap 100 gram tempe mengandung 18 hingga 20 gram protein, 4 gram lemak, 129 mg kalsium, dan kaya akan vitamin B 12. Tempe juga kaya akan kandungan isoflavon yang sangat baik bagi kesehatan tubuh.

Setelah mengetahui beberapa fakta di atas, tentunya Anda akan penasaran kira-kira masakan apa saja-kah yang bisa menggunakan tempe semangit ini. Sesungguhnya sangat beragam, apalagi Indonesia memiliki banyak keragaman ciri khas masakan. Namun, kali ini penulis akan mencoba berikan 3 resep pilihan yang pernah dipraktekkan.  Hasil dari resep kawan maupun hasil googling. Karena simpel, Anda harus mencoba ya! Oh ya, resep ini sebelumnya telah dipublikasikan di Cookpad dengan nama akun Bintu Tsaniyah.

1. Sambal Tempe Bosok (Kematangan)
Ini adalah salah satu cara yang paling sederhana dalam mengolah tempe bosok atau semangit, yaitu dibuat menjadi sambal.  Aroma sambal ini sangat menggugah selera lho!


Bahan:
Tempe bosok
1 ikat kemangi
Bumbu sambal
Bawang merah
Bawang putih
Cabai merah & cabai rawit
Terasi
Gula merah
Garam
Penyedap
Air matang


Langkah pembuatan:
- Ulek semua bumbu sambal hingga halus.
- Masukkan tempe bosok, penyet di atas sambal.
- Masak racikan sambal di dalam panci atau wajan, masukkan air secukupnya (tampak "nyemek").
- Masukkan daun kemangi.
- Setelah agak kering, sambal siap disantap, dengan nasi hangat, maknyus!

2. Oseng Buncis dan Tempe Bosok
Selain dibuat sambal, umumnya tempe ini menjadi bahan campuran pada beberapa jenis masakan, seperti tumisan atau oseng. Ini salah satu contohnya, oseng buncis.


Bahan:
Secukupnya buncis, potong sesuai selera
Secukupnya tempe bosok, potong dadu atau sesuai selera
Bumbu rajang
Bawang merah, iris tipis
Bawang putih (jumlah lebih sedikit), iris tipis
Cabai hijau, iris serong
Cabai merah, iris serong
Cabai rawit, iris serong
Secukupnya gula, garam, penyedap
1 sdm kecap manis (bisa diskip)
Secukupnya air matang
Minyak untuk menumis

Langkah pembuatan:
- Panaskan minyak, tumis bawang merah dan putih hingga layu dan harum.
- Masukkan cabai dan bumbu-bumbu yang lain.
- Masukkan buncis, tumis hingga berubah warna.
- Tuang air secukupnya.
- Masukkan kecap, biarkan hingga air menyusut.
- Angkat dari wajan, oseng buncis siap untuk disajikan.

3. Mendol Tempe
Mendol adalah salah satu makanan khas Jawa Timur. Termasuk di Malang salah satu kota perantauan penulis. Hanya saja dulu penulis tidak terlalu suka gorengan ini, karena rasanya selalu menusuk di tenggorokan. Entah karena bumbunya atau peran tempe semangit yang umumnya digunakan.  Namun, apapun itu, mendol banyak disukai oleh masyarakat. Khusus buat ibu rumah tangga, menu olahan tempe ini bisa banget diaplikasikan di dapur Anda sebagai variasi.


Bahan:
1 papan tempe semangit
1 sdm tepung maizena
Secukupnya minyak goreng
Bumbu halus:
2 siung bawang putih
2 siung bawang merah
2 buah cabai rawit atau sesuai selera
1 sdt ketumbar bubuk
1 sdt merica bubuk
1 ruas jari kencur
2 lembar daun jeruk
Secukupnya gula dan garam

Langkah pembuatan:
- Ulek semua bahan bumbu.
- Potong tempe untuk mempermudah proses selanjutnya.
- Ulek tempe bersama bumbu halus
- Campur rata tepung hingga terbentuk adonan yang padat.
- Bentuk adonan mendol sesuai selera.
- Goreng dalam minyak sedang hingga keemasan, saat membalik adonan tunggu hingga kering sempurna agar hasilnya tetap cantik.

Demikianlah ulasan mengenai tempe semangit, semoga bermanfaat.

Referensi (retrieved 2/9/2019):
https://doktersehat.com/tempe-busuk-tempe-semangit/
https://food.detik.com/info-kuliner/d-3213239/tempe-semangit-yang-sedap-bikin-kangen



3 Alternatif Resep Sederhana Olahan Daging Sapi, Kamu Harus Coba!

Bulan yang lalu, umat Islam telah memperingati Idul Adha atau Hari Raya Kurban.  Tepatnya pada tanggal 11 Agustus 2019 atau 10 Zulhijah 1440 H.  Mulai hari tersebut hingga 3 hari berikutnya (hari Tasyrik), umumnya di setiap rumah akan dijumpai daging, baik daging sapi maupun kambing.  Banyak atau sedikit yang diperoleh, harus senantiasa disyukuri ya!

Pada saat itu orang-orang, khususnya kaum ibu tentu akan sangat sibuk. Berpikir untuk mengolah daging tersebut menjadi menu yang seperti apa.  Adapun menu yang menjadi favorit diantaranya mungkin sate,bola-bola daging (bakso), semur atau sambal goreng. Apakah satu diantaranya juga favorit Anda?

Sejujurnya penulis juga menyukai semua menu tersebut, namun tahun ini rasanya menjadi kurang selera.  Anak-anak menyukai masakan yang tidak pedas, seperti semur, sementara penulis sebaliknya.  Karena hal tersebut, akhirnya diperoleh ide untuk memasak daging dengan cara yang lain.  Yaitu, menjadi bahan tambahan dari menu-menu favorit penulis.  Karena menjadi bahan tambahan, maka jumlah daging yang diperlukan tidak banyak.  Untuk satu porsi keluarga hanya membutuhkan 200-250 gram saja.

Dengan kisaran daging yang sedikit, maka jumlah menu yang bisa dibuat beragam.  Oleh karenanya, penulis mempunyai tips agar memasak daging dengan cara ini lebih simpel, yaitu:
Misal, persediaan daging yang Anda miliki sebanyak 1 kilogram. Cuci bersih daging, lalu rebus dengan menambahkan sedikit garam.  Setelah daging empuk, angkat. Bagi menjadi beberapa bagian (setiap 200-250 gr), lalu masukkan masing-masing bagian ke dalam plastik atau wadah tertutup. Simpan di freezer. Saat ingin memasak, Anda tinggal mengambil bagian yang diperlukan saja.

Nah, setelah tips tersebut, inilah 3 resep yang telah penulis coba aplikasikan. Adapun daging yang digunakan adalah dagin sapi.Sebelumnya resep-resep ini telah dipublikasikan di Cookpad dalam akun penulis, Bintu Tsaniyah
Yuk, simak cerita dan langkah pembuatannya di bawah ini.

1. Tumis Daun Bawang



Daun bawang.
Sumber: Dok. Pribadi

Untuk resep ini menggunakan daun bawang. Sayur ini mudah diperoleh di tukang sayur. Lumayan tahan 2 hingga 3 hari disimpan di kulkas. Seperti tumis pada umumnya, demikian pula resep ini.

Bahan:
1 ikat daun bawang (atau 20 batang)
100 gr daging yang telah empuk, potong dadu
1 siung bawang putih, iris tipis
2 siung bawang merah, iris tipis
1 buah cabai merah besar, iris serong
3 buah cabai rawit, iris serong
1/2 sdm gula merah
Secukupnya garam
Secukupnya kaldu bubuk
Secukupnya air
Secukupnya minyak goreng


Langkah pembuatan:
- Potong daun bawang lalu cuci bersih dan tiriskan.
- Tumis bawang putih hingga harum dan berubah warna.
- Masukkan bawang merah, aduk dan masak hingga layu.
- Tambahkan cabai, aduk merata.
- Setelah cabai matang, masukkan daging, aduk merata.
- Tambahkan air serta bumbu lainnya.
- Setelah kuah agak menyusut, masukkan daun bawang, aduk merata.
- Masak hingga daun bawang matang dan kuah makin menyusut. Angkat dan siap dihidangkan.

2. Ca dengan Paprika dan Nanas


Bahan-bahan
Sumber: Dok. Pribadi.

Ca atau cah sebetulnya sama hampir sama dengan tumis. Namun, setahu penulis bumbu yang digunakan umumnya hanya bawang putih saja.  Ditambah beberapa jenis saus dan kecap.  Kali ini di padupadankan dengan paprika dan nanas, yang akan membawa kesegaran pada maskan daging ini.

Bahan:
200 gr daging sapi, rebus hingga empuk, potong dadu
1/2 bagian paprika merah
1/2 bagian paprika hijau
2 potong nanas, potong kecil
1/2 bagian bawang bombay, iris tipis
3 siung bawang putih, cincang halus
1 ruas jahe, memarkan
1/4 sdt garam
1 sdt kecap ikan
1/4 sdt saus tiram
2 sdt kecap asin
2 sdm minyak goreng
Secukupnya air


Langkah pembuatan:
- Tumis bawang putih dan jahe hingga layu dan harum.
- Tambahkan bawang bombay.
- Masukkan daging.
- Masukkan air.
- Tambahkan bumbu-bumbu lainnya.
- Setelah bumbu meresap, kuah agak menyusut masukkan paprika dan nanas. Aduk merata.
- Tunggu hingga paprika dan nanas layu serta kuah menyusut. Angkat dan sajikan.

3. Sayur Asem



Ini adalah resep yang didapat dari orang Indramayu. Bedanya dengan sayur asem yang selama ini penulis masak dengan referensi masakan ibu di Jawa adalah menggunakan kacang tanah sebagai bumbunya. Jika selama ini kacang tanah mungkin hanya sebagai bahan, kali ini dihaluskan bersama bumbu. Ditambahkan daging sapi rasa sayur asem ini semakin mantap lho!

Bahan:
200 gr daging sapi
1 paket sayur asem, pisahkan sayur yang keras dan tidak
1 lembar daun salam
Secukupnya asam jawa matang (bisa mentah)
1 sdm gula pasir/ gula merah
Secukupnya garam
Secukupnya kaldu bubuk rasa sapi
1000 ml air
Bumbu halus:
3 siung bawang merah
2 siung bawang putih
1 sdt terasi
1 buah cabai merah (bisa skip)
1 genggam kacang tanah

Sumber: Dok. Pribadi

Langkah pembuatan:

- Didihkan air bersama daging, masukkan sayuran keras (labu siam, melinjo, wortel atau kecambah) dan daun salam.
- Sementara itu, siapkan bumbu halus. Siram dengan air mendidih, begitu pula dengan asamnya.
- Setelah sayuran keras setengah matang, masukkan bumbu halus. Biarkan satu kali didihan lagi.
- Lalu masukkan sayuran yang cepat matang, seperti daun kol, daun melinjo, kacang panjang atau daun bawang.
- Tambahkan bumbu lain berikut air asam jawanya. Aduk merata.
- Setelah rasanya pas, bumbu meresap dan kuah sedikit menyusut. Matikan api, dan siap disantap. Disajikan bersama sambal terasi dan ikan asin adalah pilihan sempurna.
 

Catatan Bintutsaniyah Template by Ipietoon Cute Blog Design