Resep Simpel Tongkol Balado



Paling senang kalau ibu memasak masakan ini. Meskipun bukan termasuk sajian khusus setiap Lebaran, tetapi setiap mudik masakan ini sering dibuat ibu. Kendala memasak menu ini adalah menemukan bahan tongkol yang pas. 

Jika di kampung halaman bahan tongkol yang digunakan adalah tongkol asin. Sementara di rantau kebanyakan olahan ikan diasap, termasuk tongkol. Jika masakan ini menggunakan tongkol asap, menurut saya "nuansa kampung halamannya" kurang. 

Sekarang, di tanah rantau ini saya sudah menemukan orang yang menjual tongkol asin. Awalnya saya tidak sadar kalau tongkol pindang yang dijual seorang ibu tua itu bisa dipakai untuk masakan ini. Umumnya di rantau, pindang tongkol ini dimasak kuah petis. Waktu itu, iseng saja, ternyata dapat juga cita rasa khas masakan ibu saya. Alhamdulillah. 

Meski kali ini jangka waktu mudik ke kampung halaman terasa panjang, mungkin masih bisa diatasi dengan memasak masakan-masakan khas rumah ibu saya.
Semoga pandemi benar-benar lekas berlalu ya agar bisa kembali mudik secara normal. Aamiin...

~ Resep TONGKOL BALADO ~

Bahan-bahan
3 potong tongkol asin, suwir atau iris sesuai selera
Secukupnya minyak goreng
1 lembar daun salam
2 lembar daun jeruk 
Bumbu halus:
5 siung bawang merah
2 siung bawang putih
3 buah cabai merah
5 / lebih cabai rawit merah
1 buah tomat
1/2 sdt terasi
Secukupnya garam, gula dan kaldu penyedap

Langkah:
1. Goreng tongkol hingga setengah kering, sisihkan.
2. Gunakan minyak bekas goreng tongkol, tumis bumbu halus hingga matang. Masukkan bahan lain.
3. Tambahkan sedikit air, setelah mendidih masukkan tongkol goreng. Aduk merata.
4. Setelah bumbu meresap, kuah menyusut, siap disajikan. Usahakan hingga air betul-betul menyusut ya, tersisa minyaknya saja, agar awet. Masakan ini bertahan hingga 3 hari tanpa dihangatkan. Sengaja makannya dikit-dikit karena 'nglawuhi' bumbunya. Sila dicoba ya ☺️

Cara Mudah Lewati Pandemi

Nia Ramadhani (Source: Instagram Ramadhaniabakrie)

Nia Ramadhani mengatakan, “Sejak kecil saya diajarkan oleh ayah saya untuk tidak selalu ‘melihat keatas’, tetapi ‘melihat apa yang ada dibawah’ kita.  Karena jika selalu melihat yang lebih dari kita, sampai kapanpun tidak akan pernah menemukan kepuasan.  Sementara, jika sebaliknya, yang ada kita akan mudah bersyukur dan bahagia.”

 

Catatan Bintutsaniyah Template by Ipietoon Cute Blog Design