Tips Penggunaan Awal Oven 'Tangkring' (Oven Kompor)

Oven tangkring merupakan istilah umum masyarakat Indonesia saat menyebutkan oven kompor.  Bahkan biasanya cukup disebut dengan otang saja.  Harga otang relatif terjangkau dan irit, seperti saat masak sehari-hari saja.  Meskipun secara bentuk, ukuran dan penampilan kurang menarik dibanding oven listrik.  Soal kekokohan juga lebih mantap oven gas.  Namun, untuk kebutuhan baking rumahan apalagi pemula (seperti saya), otang ini adalah pilihan yang paling pas.  Bahkan ada beberapa pengusaha kue yang setia loh memakai otang ini, bahkan hasil kuenya cukup sempurna.

Ada beberapa merek oven kompor yang terkenal di Indonesia, diantaranya adalah Hock, Butterfly, Narinos dan Bima.  Nah, yang paling murah dan banyak di pasaran adalah merek Bima.  Kisaran harganya sekitar Rp 150.000,00.  Namun, tergantung daerah dan tokonya ya.  Beberapa waktu yang lalu saya mendapatkan oven tersebut dengan harga 125 ribu, di daerah Indramayu.

Nah, kali ini saya akan menulis tentang pengalaman saya saat menggunakan oven kompor saat pertama kali.  Sebagai pemula yang sama sekali belum pernah memakai oven pasti khawatir, takut salah.  Kalau tidak hati-hati proses baking yang umumnya tidak sederhana, bisa-bisa fatal kan ya cuma di saat terakhir, saat memanggang.  Agar tidak terjadi demikian, maka perlu mencari detailnya terlebih dahulu, barangkali ada treatment khusus yang harus dilakukan  Bertanya kepada ibu saya, ternyata beliau sepertinya lupa, jadi saya putuskan untuk mencari di internet.  Ada beberapa sumber di Youtube dan Google yang saya ambil.  Selain tentang pengenalan bagian dari oven kompor, rupanya dalam penggunaannya pun ada langkah-langkah yang harus dilakukan, agar hasil panggangan berhasil dengan baik.

Berikut cara yang saya himpun dan lakukan untuk penggunaan awal oven kompor alias oven tangkring alias otang ini:

1. Letakkan oven di atas kompor.  Sebagai tatakan oven, gunakan beberapa potong batu bata di ketiga sisi (lihat gambar).  Oya untuk pertama kali batu batanya saya cuci dulu menggunakan sabun. Setiap selesai menggunakan oven, batu bata tersebut saya simpan di tempat yang aman dari kotoran (bungkus dengan kantong kresek).

Jadi, tatakan kompor yang sebenarnya sebaiknya dilepas.  Tujuan langkah ini adalah agar ada jarak yang lebih antara api dan oven untuk mengurangi resiko over heat.

(Langkah 2 dan selanjutnya adalah khusus untuk penggunaan awal saja ya.  Berdasarkan postingan di Youtuber Diyan Permana  hal ini dilakukan untuk mengurangi bau cat yang mungkin timbul.) 

2. Siapkan daun pandan berjumlah 9 helai. Lipat dua dan buat simpul. Letakkan di bagian dasar oven (lihat gambar).


3. Panaskan kompor dengan api terkecil.  Jangan lupa posisi lubang atas tertutup ya! Oya, tambahan, di atas oven, saya juga letakkan setengah batu bata lagi. Tujuannya adalah untuk menstabilkan posisi oven agar tidak mudah goyang. 

Menurut sumber referensi, pada 5-10 menit pertama ovennya mengeluarkan asap, kemungkinan karena apinya selama durasi itu biasa, baru kemudian dikecilkan.  Dan menurutnya, hal itu normal tidak apa-apa.  Namun, pada pemanasan awal yang saya lakukan (dengan api terkecil) tidak muncul sama sekali.


4. Teruskan pemanasan dengan api kecil hingga kurang lebih 50 menit ke depan.  Total pemanasan adalah 1 jam.  

Hasil akhir daun pandan ampak berubah warna menjadi kecoklatan.  Jika selama 1 jam daun pandan belum berubah warna, besarkan apinya hingga dicapai yang diharapkan (lihat gambar).

5. Matikan kompor,bersihkan sisa-sisa daun pandan, oven siap digunakan. Selamat memanggang roti! 


Semoga artikel ini bermanfaat ya. 

Salam Bintu Tsaniyah.

0 Comments:

Post a Comment

 

Catatan Bintutsaniyah Template by Ipietoon Cute Blog Design